Senin, 07 Januari 2013

ENGINEERING RAWAN KORUPSI ?????

Sudah menjadi “dilema” besar saat ini tentang apa tujuan pendidikan tinggi disebagian kalangan masyrakat. Terjadi perbedaan yang sangat kontras pada setiap civitas akademik yang menjalani pendidikan tinggi khususnya pendidikan teknik (engineering). Ini menyebabkan dampak yang berbeda pula pada setiap tujuan yang berbeda. Berikut ada dua golongan yang berbeda.

1. Berkuliah semata-mata hanya untuk mencari ijazah yang kemudian akan digunakan untuk mencari pekerjaan yang menurutnya layak.
2. Berkuliah tulus ingin mencari ilmu dan menganggap ijazah hanyalah sebuah bukti bahwa dia telah mampu menyelesaikan pendidikan. Dan menganggap pekerjaan atau uang adalah bonus dari apa yang telah tuhan janjikan kepada umatnya yang tulus mencari ilmunya.

Mari kita analisis kedua golongan tersebut, golongan pertama mencari ijazah, bisa dikatakan bahwa golongan ini sangat menitik beratkan Result (hasil) bukan Proses, ini termaksut salah satu dari sifat koruptor. Orang yang memiliki sifat ini biasanya tidak mengenal “halal dan haram” bagi mereka
hasil adalah segalanya. Tidak peduli apakah dia menyontek saat berkuliah ataupun menyuap untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang ternama. Ini adalah embrio koruptor yang sudah tertanam di dunia pendidikan tinggi kita. Selain itu merekajuga hanya fokus untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang pada ujungnya akan kembali lagi ke Uang. Apakah hanya uang yang akan kita harapkan ketika berkuliah?. Ini akan menimbulkan paham kapitalisme atau mungkin hedonisme yang sangat berbahaya, orang-orang seperti itu hanya berfokus pada kesenangan duniawi dia tidak peduli kepada orang-orang di sekitarnya. Inilah janin dari koruptor, para koruptor tidak pernah peduli pada rakyat kecil, apakah kita ingin disamakan dengan koruptor?

Golongan kedua orang-orang yang tulus mencari ilmu bukan hanya untuk mendapatkan ijazah atau pekerjaan. Biasanya orang-orang tulus seperti ini, melakukan sesuatu bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk kebaikan orang lain. Merka yang berada digolongan ini lebih mementingkan proses ketimbang hasil. Bukanya hasil tidak penting, tetapi bukan yang utama, mencari hasil yang bagus itu mudah apalagi dengan cara-cara kotor. Yang mereka yakini adalah tuhan maha adil tuhan tidak tidur, bukankah dia telah berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, bukan berijazah. Inilah sikap-sikap yang dibutuhkan enggineer Indonesia, engginer yang tidak hanya bangga bisa bekerja di perusahaan bonafide dengan gaji selangit, tapi juga mampu membawa perubahan bagi Indonesia.

Setelah mengetahui dua golongan tersebut pantas lah kalo kita menimpulkan enggineer Indonesia masih sangat rawan korupsi, mengingat masih sangat banyak enggineer yang berada digolongan pertama. Masih akankah terulang lagi kasus-kasus jembatan,jalanan,gedung sekolah dll, rusak belum pada waktunya karena ada faktor enggineer “nakal” di dalamnya? Karena sesungguhnya dunia engineering adalah cermin dari kemajuan ilmu dan tekhnologi suatu bangsa.

Hidup terus engineering Indonesia ….........!!!!!

2 komentar:

  1. suatu hari nanti suara gua akan lebih banyak yang mendengar

    BalasHapus
  2. guweh denger kok suaramu :D. harus jadi golongan ke-2 ya biar sukses terus bisa buat mesih jahit *eh maksudnya mesin pakan :D.

    BalasHapus